Tuesday, September 20, 2011

E-LEARNING


Definisi E‐learning

Istilah e-learning mengandung pengertian yang sangat luas. Banyak pakar yang menguraikan tentang definisi e-learning dari berbagai sudut pandang berbeda. Salah satu definisi yang diterima banyak pihak adalah definisi dari Darin E. Hartley yang menyatakan:

E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.

LearnFrame.Com dalam Glossary of E-learning Terms menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa:

E-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone.

Selain definisi di atas, masih ada beberapa terminologi lain yang berhubungan dengan e‐learning, seperti diperlihatkan pada Gambar berikut

Gambar1.Berbagai Terminologi yang berhubungan dengan e‐learning


Komponen E-learning

Secara garis besar, ada 3 komponen utama yang menyusun e-learning:

1. E-learning System

Sistem perangkat lunak yang memvirtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian (rapor), sistem ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar. Sistem perangkat lunak tersebut sering disebut dengan Learning Management System (LMS).


2. E-learning Content (Isi)

Konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning system (learning management system). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa)


3. E-learning Infrastructure (Peralatan)

Infrastruktur e-learning dapat berupa personal computer (PC), jaringan komputer dan perlengkapan multimedia. Termasuk di dalamnya peralatan teleconference apabila kita memberikan layanan synchronous learning melalui teleconference.


Kategori E-Learning

Ditinjau dari segi interaksi antara sistem dengan manusia maka ada tiga kategori dasar dari elearning, yaitu:

1. Synchronous Learning

Pada pembelajaran synchronous kondisinya mirip dengan pembelajaran konvensional hanya saja pada e-learning hal ini tidak ditandai dengan kehadiran secara fisik. Pada bentuk synchronous ini pendidik (instruktur), peserta didik dan rekanrekannya melakukan “pertemuan” secara online di internet. Melakukan proses belajar mengajar seolah sedang berada pada ruang fisik yang sama.


2. Self-directed Learning

Pada kategori ini peserta didik melakukan pembelajaran secara mandiri dengan mengakses berbagai referensi dan bahan belajar yang disediakan. Tidak ada instruktur ataupun waktu khusus untuk berdiskusi dengan sesama peserta didik. Masingmasing peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan kebutuhannya.


3. Asynchronous (Collaborative) Learning

Kategori ini mengkombinasikan karakteristik dari kedua kategori sebelumnya. Peserta didik belajar secara mandiri namun tetap berkomunikasi dengan peserta didik lainnya maupun dengan pendidik walaupun tidak harus di waktu khusus. Penggunaan email, instant message (Yahoo! Messenger, Gtalk) ataupun board pada forum dapat digunakan sebagai media komunikasi dan interaksi baik dengan pendidik maupun sesama peserta didik.


Tidak ada bentuk yang sempurna karena ketiganya cocok untuk berbagai situasi yang berbeda. Tabel berikut ini akan menjelaskan secara lebih detail tentang karakteristik, kelebihan, dan kelemahan dari masing-masing kategori e-learning di atas.




Membangun E-learning

Menurut Henderson ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membangun sebuah sistem e-learning:


1. Menentukan Tujuan dari Sistem e-learning

Pada tahap ini pengembang sistem harus menentukan apa yang ingin dicapai dengan adanya e-learning tersebut. Tahap ini biasanya dengan mudah dilupakan akibat antusiasme berlebihan dari pengembang sistem e-learning. Pada akhirnya e-learning tersebut tidak akan sesuai dengan kebutuhan calon pengguna dan tidak memberikan hasil yang diharapkan.


2. Memulai Sistem dalam Skala Kecil

Beberapa pengembang memilih untuk memulai sistem e-elarning langsung pada skala besar. Hal ini kurang baik ditinjau dari segi manajemen resiko karena proyek dalam skala besar juga memiliki resiko kegagalan yang besar pula. Sebaiknya e-learning dimulai terlebih dahulu pada sebuah unit yang kecil dan dievaluasi sepenuhnya terlebih dahulu untuk menjadi model bagi sistem dalam skala yang lebih besar.


3. Mengkomunikasikan dengan Peserta Didik

Menerapkan sebuah sistem baru akan memberikan tingkat keberhasilan lebih baik apabila sasaran dari sistem tersebut memahami dengan baik sistem tersebut. Demikian pula dengan e-learning, apabila peserta didik memahami tentang sistem yang dibangun dan dikembangkan maka mereka dapat turut memberikan bantuan untuk mencapai tujuan elearning tersebut. Didasari alasan tersebut maka pengembang sistem e-learning seharusnya selalu mengkomunikasikan sistem yang sedang coba dibangun kepada peserta didik.


4. Melakukan Evaluasi secara Kontinyu

Evaluasi terhadap sistem dan segenap aspeknya perlu dilakukan secara terus menerus untuk menjamin keberhasilan penerapan e-learning. Membandingkan hasil belajar peserta didik dengan pembelajaran secara konvensional dapat memberikan justifikasi apakah sistem e-learning yang dikembangkan memenuhi standar keberhasilan proses pembelajaran atau tidak.


5. Mengembangkan sistem dalam skala lebih besar

Setelah sistem mencapai keberhasilan dalam skala kecil maka selanjutnya adalah mengembangkan sistem dalam skala lebih besar. Menambah jumlah peserta didik, mata pelajaran, model evaluasi dan berbagai aspek pembelajaran lainnya dapat dilakukan dengan mengacu model dari skala yang lebih kecil yang telah dikembangkan sebelumnya. Seperti tampak pada Gambar 2.


Gambar 2. Memulai Sistem dari Skala Kecil dan Memperluasnya Secara Bertahap


E. E‐learning dan Metodologi Pembelajaran

Bagaimana e-learning diimplementasikan? Apakah sistem e-learning yang akan diselenggarakan tersebut benar-benar sebuah trully electronic learning? Melihat kenyataan di lapangan, walaupun teknologi informasi telah maju dengan sangat pesatnya, ternyata pendidikan yang mengimplementasikan IT-Based Education secara murni masih sulit ditemukan, karena masih banyak faktor kendala yang lain, terutama dari sisi sumber daya manusia dan sarana atau infrastruktur pendukung. Namun dalam perkembangannya masih dijumpai kendala dan hambatan untuk mengaplikasikan sistem e-learning ini, antara lain:


a) Masih kurangnya kemampuan menggunakan Internet sebagai sumber pembelajaran.

b) Biaya yang diperlukan masih relatif mahal untuk tahap-tahap awal

c) Belum memadainya perhatian dari berbagai pihak terhadap pembelajaran melalui Internet

d) Belum memadainya infrastruktur pendukung untuk daerah-daerah tertentu


Selain kendala dan hambatan tersebut di atas, kelemahan lain yang dimiliki oleh sistem elearning
ini yaitu hilangnya nuansa pendidikan yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik, karena yang menjadi unsur utama dalam e-learning adalah pembelajaran. Maka kemudian dalam impelementasinya, banyak model e-learning yang dikembangkan dan diadopsi ke dalam pendidikan konvensional atau sebaliknya model konvensional diadopsi ke dalam model e-learning (Gambar 3).


Gambar 3. Model Penyelenggaraan e‐Learning


F. Learning Management System

Dalam proses penyelenggaraan e-learning dibutuhkan sebuah Learning Management System (LMS), yang berfungsi untuk mengatur tata laksana penyelenggaraan pembelajaran di dalam model e-learning. LMS sering dikenal dikenal sebagai CMS (Course Management System). Umumnya CMS dibangun berbasis web, yang akan berjalan pada sebuah web server dan dapat diakses oleh peserta melalui web browser (web client). Server biasanya ditempatkan di universitas atau lembaga lainnya, yang dapat diakses oleh peserta darimana saja dengan memanfaatkan koneksi internet.


Secara dasar CMS memberikan sebuah tool bagi instruktur atau pendidik untuk membuat website pendidikan dan mengatur akses kontrol, sehingga hanya peserta yang terdaftar yang dapat mengakses dan melihatnya. Selain menyediakan pengontrolan, CMS juga menyediakan barbagai tools yang menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Contoh tools yang disediakan adalah layanan untuk mempermudah upload dan share material pengajaran, diskusi online, chatting, kuis, survey, laporan (report) dan sebagainya.


Secara umum, fungsi‐fungsi yang harus terdapat pada sebuah LMS/CMS antara lain:


1) Uploading and Sharing Materials
Umumnya LMS/CMS menyediakan layanan untuk mempemudah proses publikasi konten. Dengan menggunakan editor HTML, kemudian mengirim dokumen melalui FTP server, sehingga memudahkan instruktur untuk menempatkan materi ajarnya sesuai dengan silabus yang mereka buat. Kebanyakan instruktur mengupload silabus kelas, catatan materi, penilaian dan artikel‐artikel siswa kapan pun dan dimana pun mereka berada.

2) Forums and Chats

Forum online dan chatting menyediakan layanan komunikasi dua arah antara instruktur dengan peserta, baik dilakukan secara sinkron (chat) maupun asinkron (forum, email). Sehingga dengan fasilitas ini, memungkinkan siswa untuk menulis tanggapannya dan mendiskusikan dengan teman‐temannya yang lain.


3) Quizzes and Surveys

Kuis dan survey secara online dapat digunakan untuk memberikan grade secara instan bagi peserta kursus. Hal ini merupakan tool yang sangat baik digunakan untuk mendapatkan respon (feedback) langsung dari siswa yang sesuai dengan kemapuan dan daya serap yang mereka miliki. Proses ini dapat juga dilakukan dengan membangun sebuah bank soal, yang kemudian soal tersebut dapat di-generate secara acak untuk muncul dalam kuis.


4) Gathering and Reviewing Assignments

Proses pemberian nilai dan skoring kepada siswa dapat juga dilakukan secara online dengan bantuan LMS/ CMS ini.


5) Recording Grades

Fungsi lain dari LMS/CMS adalah melakukan perekaman data grade siswa secara otomatis, sesuai konfigurasi dan pengaturan yang dilakukan oleh instruktur dari awal kelas dilaksanakan.

Timin,SST Divisi IT Konten, SEAMEO SEAMOLEC(September,2011).Pengantar E-Learning

0 comments:

Post a Comment